Seni Tradisi Selalu Mampu Memperbarui
KOMPAS/HERU SRI KUMORO / Kompas Images
Penari membawakan tari Maju Pat pada Srawung Seni Candi di Candi Sukuh, Desa Mberjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (11/1). Sejumlah atraksi kesenian, seperti tari, reog, dan wayang, ikut tampil pada acara yang menjadi bagian dari Grebeg Lawu ini. Kegiatan ini juga sebagai tindak lanjut deklarasi atas Gunung Lawu sebagai kawasan taman budaya. |
Senin, 12 Januari 2009 | 00:46 WIB
Karanganyar, Kompas – Kesenian tradisi yang hidup di Nusantara umumnya merupakan ekspresi religius masyarakat yang diwujudkan dalam berbagai bentuk seni, seperti arsitektur, seni rupa, tari, dan musik. Kesenian ini terbukti masih bertahan sampai hari ini karena tradisi itu selalu diperbarui oleh masyarakatnya.
Hal itu disampaikan Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Sulistyo Tirtokusumo dan budayawan Radhar Pancadahana secara terpisah di tengah-tengah kegiatan ”Srawung Seni Candi” di Candi Sukuh, punggung Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (11/1).
”Umumnya tradisi di Nusantara lahir dari ketakjuban manusia terhadap kekuatan adikodrati yang melahirkan sikap manembah atau religius. Sikap manembah ini diekspresikan dalam pelbagai bentuk, seperti sistem kepercayaan, ritus, seni arsitektur, seni rupa semisal pembuatan keris, joget (tari), dan sebagainya,” ujar Sulistyo.
Radhar menegaskan, berbagai seni tradisi, seperti yang tampil dalam acara ”Srawung Seni Candi”, membuktikan bahwa tradisi tetap hidup dan menjadi ekspresi kontemporer bagi masyarakatnya. Continue Reading